Rabu, 07 Januari 2015

Manusia dan Peradaban

A. MANUSIA DAN PERADABAN
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuaan yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang utuh.
Peradaban berasal dari kata adab yang berarti kesopanan, kehormatan, budi bahasa dan etiket. Lawannya adalah biadab, kasar, kurang ajar dan tak tahu pergaulan. Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan ilmu teknik untuk kegunaan praktis.Peradaban sebagai suatu perwujudan budaya yang didasarkan pada akal (rasio) semata-mata dengan mengabaikan nurani akan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, nurani, dan kehendak sebagai kesatuan yang utuh.
Peradaban didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku atau agama yang membedakannya dari yang lain.Beradab setidaknya sebuah masyarakat bersifat relatif dan harus ada norma. Kebutuhan akan adab dengan peradaban mengacu pada masyarakat yang memiliki organisasi sosial, kebudayaan dan cara berkehidupan yang sudah maju yang menyebabkan berbeda dari masyarakat lain.
Peradaban merupakan tahap kebudayaan tertentu dan telah maju yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain. Masyarakat memiliki peradaban yang berbeda-beda satu sama lain.
Manusia beradab karena dalam jiwanya dilengkapi dengan akal, nurani, dan kehendak. Akal berfungsi sebagai alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Nurani berfungsi sebagai alat merasa, menentukan kata hati dan sumber kesenian. Kehendak berfungsi sebagai alat memutus, menentukan kebutuhan, dan sumber kegunaan. Manusia dan peradaban adalah hal yang tidak bisa terpisahkan karena manusia itu memiliki cipta, rasa dan karsa. Cipta, rasa dan karsa itu akan menimbulkan perkembangan pengetahuan yang berasal dari suatu budaya. Nah, dari hal itulah kebudayaan akan mengalami kemajuan sehingga dikatakan sebagai peradaban. Contoh : zaman dahulu, manusia menanam karet dan hanya menunggu hasil berdasarkan kemampuan alam untuk memproduksi. Tetapi sekarang tidak lagi karena ada perkembangan seperti pupuk, dan itu akan menumbuhkan karet dengan cepat.
Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, lewat jasmaninya manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya dari teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban. Lebih dari itu melalui ketiganya (akal, jasmani, rohani) manusia dapat membuat perubahan di berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Aspek inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dalam hal kemampuannya beradaptasi dengan alam.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :
1.    Sebagai makhluk tuhan
2.    Sebagai makhluk individu
3.    Sebagai makhluk sosial budaya
Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan interaksi dengan sesamanya sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya, lingkungan dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya sendiri. Interaksi tersebut sebagai cikal terbentuknya suatu komunitas sosial yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma yang disepakati bersama untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut. Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa konsep dasar keorganisasian dan manajemen bukan merupakan sesuatu yang baru. Beberapa peninggalan bersejarah baik yang berupa bangunan, tulisan atau yang sejenisnya dari beberapa dinasti di seluruh dunia yang dibuat beberapa ribu tahun silam merupakan saksi bisu yang menguatkan pernyataan di atas. Keberadaan dinasti tersebut seolah mengatakan bahwa masyarakat pada saat itu sudah mengenal organisasi yang mengatur segala macam interaksi yang terjadi antar individu dalam masyarakat, sedangkan peninggalan sejarah (misalnya tujuh keajaiban dunia) bisa dikatakan sebagai sebuah maha karya yang tak akan terwujud bila proses pembuatannya tidak menggunakan konsep manajemen yang benar-benar brilian.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
·        Pendidikan,
·        Kemajuan teknologi dan
·        Ilmu pengetahuan.
Ternyata, mengutip pemikiran Ali Shari’ati, ada tiga kategori manusia, yakni basyar, insan dan al-nas. Kategori basyar dan insan terkait dengan kualitas manusia.  Karakteristik yang membedakan dua kategori manusia ini adalah kemampuan untuk melepaskan dari dari empat penjara manusia, yakni penjara alam, sejarah, masyarakat dan diri. Sedangkan kategori al-nas, secara sederhana, berarti manusia secara umum, rakyat atau massa.  Tidak berhubungan dengan kualitas kemanusiaan. Penjelasan di bawah ini banyak mengutip pemikiran Ali Shari’ati.
1)    Insan : Manusia Menjadi (Becoming)
Insan berarti manusia dalam arti yang sebenarnya. Insan tidak menunjuk pada manusia biologis. Insan lebih terkait dengan kualitas luhur kemanusiaan. Ali Shari’ati menyatakan bahwa,”tidak semua manusia adalah insan, namun mereka mempunyai potensialitas untuk mencapai tingkatan kemanusiaan yang lebih tinggi”. (Shari’ati, 1982: 62)

Bila basyar bermakna makhluk yang sekedar ada (being), maka insan berbeda.  Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena lain di alam.  Shari’ati memberi contoh:


Sebagai contoh, semut dan serangga lainnya tidak pernah dapat melampaui keadaannya; ia menggali lubang dengan cara yang sama sebagaimana ia melakukanya 15 juta tahun yang lampau di Afrika. Tidak usah memandang di mana, kapan dan bagaimana, semut selalu dalam keadaan yang sama, pasti dan tidak dapat berubah-rubah. (Shari’ati, 1982: 64).Dalam QS. Al-Baqarah ayat 156 menjelaskan tentang azas yang menunjuk pada evolusi tanpa henti manusia ke arah Yang Tanpa Batas.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”

Bagi Shari’ati, kata ilaihi berarti kepada-Nya, bukan di dalam-Nya. Menurut Shari’ati, inilah gagasan pokok tentang “menjadi”, yakni bergeraknya manusia secara permanen ke arah Tuhan, ke arah kesempurnaan ideal. Tuhan bukanlah titik beku dimana sesuatu mengarah.  Tuhan adalah Yang Tanpa Batas, Yang Maha Abadi, dan Yang Maha Mutlak. Oleh karena itu, bergeraknya manusia ke arah-Nya berarti gerakan manusia terus-menerus tanpa henti ke arah tahap-tahap evolusi dan kesempurnaan. Inilah yang dimaksud Shari’ati sebagai manusia dalam keadaannya yang menjadi. (Shari’ati, 1982: 68-69).
2)    Basyar : Manusia Sekedar Ada (Being)
Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being).  Artinya,  manusia dalam kategori basyar adalah makhluk statis, tidak mengalami perubahan, berkaki dua yang berjalan tegak di muka bumi. Oleh karenanya, manusia memiliki definisi yang sama sepanjang zaman, terlepas dari ruang dan waktunya.(Shari’ati, Man and Islam: 64). Singkatnya, basyar adalah manusia dalam arti fisis-biologis.

Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan. Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia lebih inferior dari hewan (dalam arti bisa lebih jahat dan kejam)

Perbuatan-perbuatan rendah manusia tak pernah berubah, hanya instrumennya saja yang berubah.  Shari’ati menjelaskan bahwa penguasa masa lalu, seperti Gengis Khan, dengan penguasa modern tidaklah berbeda dari segi kebuasannya.  Perbedaannya hanya terletak pada instrumen dan argumentasinya saja.  Penguasa masa lalu memiliki senjata-senjata sederhana, dan mereka pun tak segan memproklamirkan bahwa mereka sengaja membunuh.  Sementara itu, penguasa modern mempunyai senjata-senjata super-canggih untuk membunuh, dan mereka melakukan pembunuhan atas nama kedamaian. Shari’ati menilai bahwa dewasa ini kejahatan, kepalsuan, kelancungan, pembunuhan, sadisme, dan kekejaman lebih banyak, lebih dahsyat dari pada masa lalu.  Tendensi negatif manusia itu merupakan representasi dari manusia dalam arti basyar. (Shari’ati, 1982: 67-68)  Manusia tipe basyar belum mampu melepaskan diri dari penjara-penjara manusia (the prisons of man), terutama penjara natural-instingtualnya.
3)    Al-Nas : Massa
Kategori al-nas berbeda dengan dua konsep manusia lainya (basyar dan insan). Menurut Shari’ati, kedua istilah terdahulu terkait dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam diri manusia. Sedangkan al-nas tidak berhubungan dengan kualitas kemanusiaan.

Terminologi al-nas digunakan Shari’ati dalam dua pengertian, yaitu: Pertama, al-nas sebagai kutub sosial. Al-nas merupakan penjelmaan esensi kutub positif (Habil) masyarakat (masyarakat yang tertindas). Mereka adalah yang dikuasai dan ditindas oleh kutub Qabil (penguasa politik, para kapitalis dan agamawan bejat).  Allah, bagi Shari’ati, berpihak pada al-nas.  Hingga tak aneh, dalam penggunaannya, kata al-nas bisa ditukar dengan kata Allah dan sebaliknya. Menurut Shari’ati, posisi unik al-nas ini disebabkan karena al-Qur’an dialamatkan secara khusus untuk al-nas.  Al-nas adalah “wakil-wakil” Allah dan “keluarga”-Nya. (Shari’ati, 1979: 116-117) Dan, posisi penting al-nas ini menempatkannya sebagai “faktor penentu” revolusi sosial.  Al-nas yang sadar akan dirinya serta tanggung jawab sosialnya akan mendorong masyarakat menuju revolusi sosial.  Kedua, al-nas sebagai massa (mass) atau rakyat (people).  Shari’ati berpendapat bahwa sinonim yang paling mirip untuk mewakili kata al-nas adalah kata massa.  Menurutnya, dalam terminologi sosiologi, massa terdiri dari segenap rakyat yang merupakan kesatuan tanpa menghiraukan perbedaan kelas ataupun sifat yang terdapat dalam kalangan mereka.  Jadi, bagi Shari’ati, al-nas adalah massa. Massa adalah rakyat itu sendiri, tanpa menunjuk kepada kelas atau bentuk sosial tertentu. (Shari’ati, 1979: 49)

B. Masyarakat
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yangmempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia.
1.     Masyarakat Sipil
Istilah masyarakat sipil sering kali dipersepsikan kurang tepat. Pengertian masyarakat sipil terkadang dipertentangkan dengan komunitas militer. Di zaman Orde Baru pandangan seperti itulah yang mendominasi. Masyarakat sipil selalu dikotomikan dengan kelompok militer. Pendikotomian itu telah mereduksi makna sesungguhnya dari istilah Civil Society yang menjadi padanan kata masyarakat sipil.
Masyarakat Sipil (Civil Society), banyak diterjemahkan dengan berbagai macam makna. Pada hakekatnya, versi terjemahan apapun yang dipakai, ternyata rujukan berpijaknya bertemu pada pemahaman konseptual yang sama. Pada dasarnya istilah manapun yang dipakai tidak menjadi soal sepanjang kita memiliki perspektif, sudut pandang dan pemahaman konseptual yang sama menurut makna istilah yang digunakan.
Civil Society sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan, anatara lain; kesukarelaan (voluntary), kesewasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma­norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
Penulis lebih sepakat menggunakan istilah masyarakat sipil sebagai padanan Civil Society. Sederhana saja, kata Civil Society bila diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah masyarakat sipil. Masyarakat sipil lebih ditekankan pada konsep sesungguhnya dari CivilSociety yang pada dasarnya terkait dengan ide demokrasi.
Dalam alam demokrasi, keberadaan Civil Society dianggap sebagai syarat pembangunan demokrasi. Menurut Franz Magnis Suseno, Civil Society bila didefinisikan secara luas, ia disamakan dengan masyarakat yang mandiri yang identik dengan demokrasi.
Sebagai sebuah ruang politik, Civil Society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap di dalam jaring-jaring kelembagaan politik resmi. Tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas, tempat di mana transaksi komunikasi yang bisa dilakukan oleh warga negara.
Robert W Hefner mengilustrasikan bahwa konsep masyarakat sipil berarti sesuatu yang membedakan secara luas dalam tradisi teiritis yang berbeda. Dalam pemikirannya, gagasan ini mengacu pada klub, organisasi-organisasi agama, kelompok­kelompok bisnis, serikat-serikat buruh, kelompok-kelompok HAM, dan asosiasi-asosiasi lainnya yang berada diantara rumah tangga dan negara yang diatur secara suka rela dan saling menguntungkan. Idenya adalah agar institusi-institusi formal bisa bekerja, warga negara pertama, harus belajar berpartisipasi dalam asosiasi-asosiasi sukarela local. Hal ini bisa melalui jaringan perjanjian masyarakat sipil.

2.     Masyarakat Warga
Masyarakat awal mulanya terbentuk dari masyarakat kecil yang artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari kelompok keluarga akan membentuk sebuah RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah dusun. Dusun pun akan membentuk Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Hingga akhirnya negara.

Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang pemimpin. seorang pemimpin yang akan memimpin sebuah masyarakat bisa dipilih dengan berbagai cara. Seperti Pemilu, Pemilihan secara tertutup hingga keturunan pemimpin.Pemilihan pemimpin suatu daerah pasti sudah memiliki aturan masing masing yang biasa disebut adat istiadat.

3.   Masyarakat Madani
Dalam Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. nMerujuk pada Bahmueller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
a.   Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat  melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
b.   Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
d. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi masyarakat mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Perubahan menyebabkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur social yang ada dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Penyebab atau faktor – faktor terjadinya perubahan :
Faktor intern :
a.         Bertambah dan berkurangnya penduduk
b.         Adanya penemuan – penemuan baru
c.         Konflik dalam masyarakat
d.        Pemberontakan dalam masyarakat

Faktor extern :
a.       Faktor alam yang berubah
b.      Pengaruh kebudayaan lain
Menurut Nurcholis Madjid Masyarakat madani adalah suatu tatanan kemasyarakatan yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan berkeadaban serta menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukan). Menurut Nurcholis Madjid mengungkapkan beberapa ciri mendasar dari masyarakat madani yang acuannya tetap kepada masyarakat yang dibangun  Nabi Muhammad Saw di Madinah, yaitu:
·        Egalitarianisme (kesepadanan)
·        Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi,
·        Keterbukaan dan partisipasi aktif seluruh masyarakat,
·        Penegakan hukum dan keadilan,
·        Toleransi dan Pluralisme
·        Musyarawarah.
Menurut Anwar Ibrahim Masyarakat madani adalah masyarakat ideal yang memiliki peradaban maju dan sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat, yaitu masyarakat yang cenderung memiliki usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan untuk mengikuti undang-undang bukan nafsu, demi terlaksananya sistem yang transparan.
4.     Masyarakat Kota
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:

a.     kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
b.     orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
c.      Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
d.     pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
e.      kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
f.       interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
g.     pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
h.     perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.











Sumber :




          

Manusia dan Budaya

A.      Pengertian Manusia dan budaya
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Manusia sebagai Makhluk Berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk – makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Manusia juga harus menggunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bersama orang lain.
1.     Kenapa manusia disebut makhluk budaya?
Karena pada dasarnya manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa menggunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Dalam kehidupan bermasyarakat kebudayaan merupakan perangkat ampuh dalam sejarah manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan. Maka dari itu manusia disebut sebagai makhluk berbudaya, karena kebudayaan itu bergantung pada manusia itu sendiri, manusia menjadi tolak ukur kebudayaan dalam suatu Negara atau kelompok bermasyarakat. Pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari suatu bangsa.


Karna berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.

B. Teori Kebutuhan Hidup Menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.
Abraham Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “orang-aktualisasi diri.”
Abraham Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.
Abraham Maslow juga menerapkan 5 kebutuhan dasar yang dimiliki yang harus dimiliki manusia yaitu :
a.     Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
b.     Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
c.      Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
d.     Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
e.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida,  lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik di arah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan mereka oleh masyarakat negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia merekomendasikan cara pendidikan dapat beralih dari orang biasa-pengerdilan taktik untuk tumbuh pendekatan orang. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang-aktualisasi diri / jenis-nya sendiri. Sepuluh poin yang pendidik harus alamat yang terdaftar:
·        Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
·        Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga negara dunia.
·        Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka, nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karier yang tepat dan pasangan yang tepat.
·        Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang harus dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
·        Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa yang harus membangun di atas, apa potensi yang benar-benar ada.
·        Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup keselamatan, belongingness, dan kebutuhan harga diri.
·        Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
·        Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap meninggalkan yang buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
·        Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit, penderitaan, dan kematian.
·        Kita harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka harus diberi latihan dalam membuat pilihan yang baik.

C. Wujud Kebudayaan

Terdapat beberapa unsur yang merupakan wujud kebudayaan dan saling berkaitan satu sama lain. Kampanye dalam Pemilu merupakan salah satu contoh sebuah unsur kebudayaan yang disebut sistem organisasi sosial.Kebudayaan dalam suatu masyarakat terdiri atas tujuh unsur yang saling berkaitan. Dalam mengamati suatu kebudayaan seorang ahli antropologi membagi seluruh kebudayaan ke dalam unsur-unsur besar yang disebut unsur kultural universal, yaitu sistem peralatan hidup, mata pencaharian, religi, pengetahuan, organisasi sosial, kesenian, dan bahasa.Kampanye yang dilakukan oleh suatu partai politik adalah bagian dari proses Pemilu yang berlangsung di Indonesia. Pada saat kampanye, para pendukung suatu partai beriringan menaiki kendaraan bermotor menuju tempat kampanye sambil meneriakkan yel-yel partai dan mengibarkan bendera lambang partai di sepanjang perjalanan. Selain itu, para pemimpin partai menggelar kampanye dengan mengadakan diskusi atau melakukan bantuan sosial kemanusiaan berupa pengobatan massal. Kedua contoh kegiatan partai politik tersebut mencerminkan kaitan antara kebudayaan masyarakat dengan proses integrasi nasional.Kebudayaan tidak bisa diartikan secara sederhana sehingga terdapat berbagai definisi mengenai kebudayaan yang berasal dari gagasan para sarjana luar negeri.
Definisi kebudayaan yang dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn berjumlah sekitar 160 buah yang ditulis dalam buku Culture: A Critical Review of Concept and Definitions. Koentjaraningrat, seorang tokoh antropologi di Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai ”keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Dalam definisi ini kebudayaan bermakna sangat luas dan beragam karena mencakup proses berlajar dalam sejarah hidup manusia yang diwariskan antargenerasi.Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun, seringkali kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni. Sebaliknya, segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa dikategorikan sebagai kebudayaan. Misalnya, cara makan, sopan santun, upacara perkawinan hingga cara memilih pimpinan pun merupakan bentuk kebudayaan manusia. Definisi kebudayaan dalam antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai kebudayaan.Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yakni ideas (sistem ide), activities (sistem aktivitas), dan artifacts (sistem artefak).


1. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide

Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak, tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang.
Contoh wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk mengatur dan menjadi acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma sosial. Norma sosial dibakukan secara tidak tertulis dan diakui bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, aturan atau norma sopan santun dalam berbicara kepada orang yang lebih tua dan aturan bertamu di rumah orang lain. Bentuk kebudayaan sebagai sistem ide secara konkret terdapat dalam undang-undang atau suatu peraturan tertulis.

2. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas

Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan sesamanya. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat. Misalnya, upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses pemilihan umum di Indonesia. Kampanye partai adalah salah satu contoh bentuk atau wujud kebudayaan yang berupa aktivitas individu. Dalam kegiatan tersebut terkandung perilaku berpola dari individu, yang dibentuk atau dipengaruhi kebudayaannya. Selain itu, upacara perkawinan atau upacara lainnya yang melibatkan suatu aktivitas kontinu dari individu anggota masyarakat yang berpola dan bisa diamati secara langsung juga merupakan salah satu contoh wujud kebudayaan yang berbentuk aktivitas.

3. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak

Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang golek dari Jawa. Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan perwujudan dari ide dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam upacara selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang dibutuhkan atau digunakan dalam aktivitas tersebut. Di dalam suatu kampanye partai politik dibuat berbagai macam lambang partai berupa bendera yang menyimbolkan keberadaan atau kebesaran partai tersebut.
Dalam kehidupan manusia ketiga wujud kebudayaan tersebut saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya. Misalnya, di dalam upacara perkawinan konsep mengenai upacara tersebut, siapa yang terlibat, apa yang diperlukan, dan bagaimana jalannya upacara tersebut merupakan wujud kebudayaan dalam tataran yang paling abstrak, yakni sistem ide. Namun, upacara perkawinan merupakan sebuah aktivitas yang berpola dari suatu masyarakat. Seperti upacara perkawinan dalam masyarakat Jawa yang begitu rumit memperlihatkan pola yang teratur dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda yang dibutuhkan dalam aktivitas tersebut.

D.Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan

Manusia  memiliki kemampuan daya :
a.   Akal, intelegensi dan intuisi
Dengan akal manusia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan kadar intelegensi yang dimiliki, manusia memiliki kemampuan belajar sehingga menjadi cerdas, memiliki teknologi dan pengetahuan. Intuisi adalah bentuk pikiran yang samar, semacam bisikan hati. Intuisi sering setengah disadari, tanpa diikuti proses berpikir cermat sebelumnya, namun bisa menuntun pada suatu  keyakinan.
b.  Perasaan dan emosi
perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari rangsangan dalam dirinya maupun berasal  dari luar dirinya. Perasaan berhubungan dengan aspek kejiwaan atau hati manusia. Hati adalah tempat perasaan manusia itu timbul.
emosi adalah gerak rasa. Emosi sering berbentuk perasaan yang kuat yang dapat menguasai seseorang  tapi  tidak berlangsung lama.
c.  Kemauan
kemauan adalah keinginan atau kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh akal budi.
d.  Fantasi
fantasi adalah paduan unsur  pemikiran dan perasaan  yang ada pada manusia untuk menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati. Kemampuan mencipta selalu ada hubungannya dengan kemampuan seseorang berfantasi.
e. Perilaku
perilaku adalah tabiat atau kepribadian. Perilaku adalah merupakan jati diri seseorang yang berasal dari lahir sebagai faktor keturunan. Fator lingkungan lah yang kemudian mewarnai kepribadian seseorang.

Dengan sumber – sumber kemampuan daya manusia, nyatalah bahwa manusia menciptakan  kebudayaan. Ada hubungannya dialektika diantara manusia dan kebudayaan (peter L.Beger menyebutnya sebagai dialektika fundamental) :
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap :
·        Tahap ekternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia   secara terus menerus  kedalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental.
·        Tahap Objetivasi adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada diluar diri manusia.
·        Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh manusia kembali. Jadi ada hubungan  berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas eksternal.

E. Memanusiakan Manusia

Ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia ini dia adalah mahluk yang sangat lemah. Kelangsungan hidupnya sangat tergantung kepada “orang dan budaya”. Dengan cara inilah ia berproses (dibentuk) menjadi manusia.
Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Pada kebudayaan,
manusia menampakan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah.

Konsep-konsep budaya dasar (Supartono dan Miran)
a. Manusia dan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan belas kasihan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi.
b. Manusia dan Keindahan
Eksistensi manusia di dunia diliputi dan digairahkaan oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
c. Manusia dan Kegelisahan
Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan.
d. Manusia dan Penderitaan
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai Eksistensi manusia di dunia.
e. Manusia dan Keadilan
Keadilan merupakan salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan mengacu suatu tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
f. Manusia dan Tanggung Jawab
          Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memperoleh kebahagiaan.
g. Manusia dan Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal mengabdi atau memperhamba diri kepada tugas-tugas yang mulia
h. Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup berkenaan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.

F. PROSES PEMBUDAYAAN
Jika kebudayaan diartikan sebagai “a design for living” menurut versi Kluckholn, maka proses pembudayaan adalah tindakan-tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Ini sutu proses nilai tambah dalam arti riel yang berkelanjutan. Dari zaman batu sampai zaman super-sonic ini terlihat proses pembudayaan lewat ilmu pengetahuan dan  teknologi yang diperoleh melalui proses belajar baik dalam bentuk formal maupun informal. Dalam kerangka ini proses pembudayaan dapat dilihat sebagai hubungan antara satu budaya dengan budaya lainnya.
a.Internalisasi
Proses internalisasi adalah proses pencerapan. 
b.Sosialisasi
Proses sosialisasi dalam kesehariaannya adalah proses menjelaskan sesuatu kepada masyarakat agar anggota masyarakat mengetahui adanya suatu konsep, suatu kebijakan, suatu peraturan yang mennyangkut hak dan kewajiban mereka.
Dalam proses perbudayaan, cerita-cerita, permainan anak, novel, ritus-ritus keagamaan, bahan bacaan, lelucon, film, drama adalah semacam sosialisasi budaya dan nilai-nilai kehidupan dari generasi kegenerasi berikutnya.
Melaluai sosialisasi manusia memperoleh kebudayaan masyarakat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Sosialisasi adalah proses interaksi terus-menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta keterampilan-keterampilan sosial.
c. Enkulturasi
Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain-desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah belaka (Maran). Dengan demikian, sedikit atau banyak (relatif) seseorang akan terpengaruhi oleh kebudayaan yang dicemplunginya itu.
d. Difusi
Difusi adalah meleburnya satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, sehingga menjadi satu.
e. Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan, yang dalam percampuran itu masing-masing  unsurnya masih kelihatan. Gambang kromong, betawi misalnya memperlihatkan seni budaya sunda, dan cina, demikian pula dengan tari menambang timah dari Bangka merupakan tari yang berasal dari Cina.
f. Asimilasi
Asimilasi adalah pembudayaan lewat proses peleburan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.