1. Pengusaha Pecel Lele
Lela
Nama : Rangga Umara
Umur : 31 Tahun
Tempat
dan tanggal Lahir : 3 Januari 1979
Profesi
: Pengusaha
Kisah
hidup berliku dari seorang pejuang kehidupan dengan tekad bulat dan keyakinan
pada akhirnya berbuah manis. Jerih payah, jatuh-bangun membangun bisnis pada
akhirnya dirasakan oleh Rangga Umara (31), pemilik RM Pecel Lele Lela.
Sebelum
banting setir memilih jalan pengusaha, Rangga adalah karyawan dengan posisi
manajer di perusahaan swasta. Mengetahui perusahaan tempat kerjanya tidak sehat
dan tinggal menunggu giliran PHK, setelah teman-temannya terkena PHK, Rangga
mulai memikirkan jalan hidup lain. Pengalaman itu membuat Rangga tidak mau lagi
menjadi karyawan. Pada akhirnya, Rangga mulai merintis bisnis sendiri. Diawali
dengan tidak ada ide, bisa dikatakan dengan modal nekat dan niat, Rangga
membuka warung seafood kaki lima dengan diferensiasi tempat dibuat unik. Modal
pertama hanya tiga juta, itu pun dari hasil menjual barang-barang pribadinya.
Sampai tiga bulan pertama, warung seafood-nya masih sepi pengunjung. Merasa
bahwa lokasi yang menjadi kendala utama, Rangga pun mulai mencari tempat lain.
Rangga menawarkan kerja sama dengan warung makan lainnya, tetapi selalu
ditolak. Sampai suatu hari Rangga mendatangi sebuah rumah makan semipermanen di
kawasan tempat makan, di kawasan Pondok Kelapa. Pemilik rumah makan itu juga
menolak tawaran kerja sama yang diajukan Rangga. Ia justru menawari membeli
peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Karena
keterbatasan modal, Rangga menolak membeli peralatan rumah makan tersebut. Ia
hanya menyewa tempat seharga Rp1 juta per bulan.
Di
tempat usaha yang baru, Rangga memutuskan untuk berjualan pecel lele, makanan
favorit saat kuliah. Lagi-lagi nasib baik belum menghampirinya. Ketika
berjualan lele, yang laku malahan ayam. Kalau menu ayam habis, pembeli langsung
memilih pulang. Rangga berkeyakinan bahwa menu masakan lele itu enak. Untuk
mengujinya, ia menawari pembeli untuk mencicipi menu lele dan keyakinannya itu
diperkuat oleh pendapat pengunjung.
Naluri
wirausaha Rangga pada momen itu sangat kuat. Dia mampu melihat peluang yang
tidak titangkap orang lain. Lele yang biasanya di rumah makan hanya menjadi
menu tambahan, oleh Rangga disajikan sebagai menu utama. Bagaimana membuat hal
yang tidak biasa menjadi biasa di mana lele menjadi sajian utama dapat diterima
oleh konsumen? Di tahap ini, naluri inovasi Rangga menunjukan kebolehannya.
Inovasi hidangan lele untuk menonjolkan kelebihan lele sebagai menu makanan yang
terletak pada kelembutan dagingnya dan memperbaiki bentuk lele sebagai makanan
yang tidak menarik dengan dibaluri tepung dan telur. Jadilah lele tepung yang
lambat laun disukai konsumen. Setelah pindah ke tempat baru, pendapatan rumah
makan rangga meningkat menjadi Rp3 juta per bulan. Membandingkan dengan gaji
sebagai karyawan yang tidak jauh berbeda dengan pendapatan rumah makannya,
Rangga berniat untuk lebih total menekuni bisnisnya. Usaha warung makan lele
Rangga yang masih baru dan mulai direspon baik oleh konsumen, tidak terlepas
dari kendala. Lokasi yang pada awalnya menjadi kendala, sudah teratasi,
selanjutnya muncul tantangan baru. Tahu usaha rumah makan lele Rangga laris,
pemilik rumah makan menaikan sewanya menjadi Rp2 juta per bulan. Belum lagi Rangga
harus memikirkan gaji tiga karyawan yang menggantungkan nasibnya kepada
dirinya. Sementara pendapatan menjadi minus karena kenaikan biaya sewa dan gaji
karyawan, Rangga terjebak oleh rentenir dengan berutang sebesar Rp5 juta. Usaha
Rangga sempat mengalami jatuh-bangun. Dari pengalaman itu, mental wirausahawan
Rangga terbangun. Seiring berjalannya waktu, Rangga mulai bijak menghadapi
tekanan dan tantangan. Usahanya pun berbuah manis.
Berkat
kegigihan dan perjuangan pantang menyerahnya, usaha kuliner rumah makan dengan
sajian menu utama lele mulai diminati banyak konsumen. Kenaikan peminat lele
menjadikan usahanya diminati orang. Banyak orang menawarkan kerja sama dengan
model waralaba.
Berkat
lele goreng tepung andalan, rumah makan Rangga semakin ramai pengunjung.
Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makannya di Pondok Kelapa.
Selanjutnya, Rangga membuat putusan besar dengan pindah tempat dari tempat
rumah makan sebelumnya yang disewa Rp2 juta per bulan. Tidak hanya itu, inovasi
masakan lele terus berlanjut dengan sajian tiga menu utama, yaitu lele goreng
tepung, lele filet kremes, dan lele saus padang.
Ketika
usaha warung makan sedang menanjak, Rangga dihadapkan pada masalah baru lagi,
yaitu koki utamanya keluar dan diketahui dia membuat usaha sejenis. Rangga
kecewa, mengapa tidak berbicara sebelumnya karena kalau tahu tentunya dapat
dikerjasamakan dan saling mendukung. Masalah terselesaikan ketika tidak
direncanakan Rangga bertemu teman lamanya saat SMA, Bambang. Bambang pada saat
itu bekerja di restoran cepat saji. Keduanya kemudian bercerita, bertukar
pikiran dan pengalaman mengenai makanan dan bisnis rumah makan. Lalu, Rangga
menjadikan Bambang sebagai konsultannya kecil-kecilan dengan honor hanya
mengganti uang besin. Ketika bisnis mulai menanjak, Rangga membangun fondasi
usahanya, meletakkan pijakan dasar berupa budaya kerja dengan membuat SPO
dengan dibantu oleh Bambang. Pada tahap pengembangan ini, peranan Bambang
sangat besar membantu Rangga. SPO menjadi dasar pembukaan cabang lainnya untuk
mengontrol kualitas makanan agar rasanya tidak berubah-ubah dan pelayanannya
pun mempunyai diferensiasi trersendiri. Pada akhirnya Bambang menjadi general
manager Pecel Lele Lela.
Pada 2009, menanggapi
banyaknya permintaan, Rangga mulai mewaralabakan Pecel Lele Lela. Waralaba
Pecel Lele Lela berdampak positif untuk pengembangan usaha. Pecel Lele Lela
lebih dikenal oleh masyarakat dan selanjutnya permintaan konsumen pun
meningkat. Waralaba lele Lela diminati banyak orang, bahkan sampai ke luar daerah,
seperti Bandung, Yogyakarta, dan Medan.
Lele Lela berhasil
menjaga kualitas rasa dan layanan yang menjadi kunci sukses bisnis kuliner.
Tidak hanya itu, untuk menjaga bisnis tetap dalam fase pertumbuhan, Lele Lela
terus berinovasi dengan rasa, mengembangkan berbagai menu hidangan lele yang
khas dan berbeda. Inovasi di sisi layanan Lele Lela mengembangkan budaya
sambutan ucapan “Selamat Pagi” kepada setiap konsumen yang datang meskipun
waktunya siang, sore, dan malam. Rangga menunjukkan bahwasanya seorang wirausahawan
haruslah kreatif dan inovatis mengembangkan nilai-nilai baru untuk meningkatkan
nilai produknya.
Sekarang ini Lele Lela
mendapatkan permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di
Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang-cabang di luar
negeri akan direalisasikan tahun ini. Sampai saat ini Lele Lela telah memiliki
27 cabang, 3 di antaranya adalah milik sendiri.
Nama
Lela sendiri sebenarnya hanyalah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus
menjadi doa supaya Lele Lela terus berkembang. Menjadi kebanggaan tersendiri
bagi Rangga ketika Pecel Lele Lela ikut mengisi menu acara buka bersama yang
diadakan Presiden SBY di Istana Negara, dihadiri para menteri dan duta dari
negara sahabat. Selain itu, tahun lalu Rangga selaku pendiri dan pemilik Lele
Lela juga menerima penghargaan dari Menteri Perikanan dan Kelautan karena
usahanya dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele
dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi
ikan. Penghargaan lain yang juga diraihnya adalah Indonesian Small and Medium
Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan
Menengah. Dua penghargaan ini makin memotivasi Rangga untuk lebih giat bekerja
menjadikan lele sebagai menu modern. Kesuksesan yang dicapai Rangga bukan
semata-mata hanya kematangan konsep dan kematangan menu, tetapi juga totalitas
dan komitmen karyawan sebagai bagian aktor yang ikut membesarkan Lele Lela.
Kini omset seluruh cabang mencapai Rp1,8 miliar per bulan. Sampai kini, Rangga
masih memegang keyakinan bahwa jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan
sukses.
Sumber : http://www.desamodern.com/index.php/read/news/view/2181/Lele-Lela-Perjalanan-Seorang-Wirausaha-Muda